Langsung ke konten utama

Postingan

Hai Lisan

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Setiap ucapan bani Adam membahayakan dirinya, kecuali kata-kata berupa amar ma'ruf dan nahi munkar, serta berdzikir kepada Allah azza wa jalla.'' (HR Turmuzi).  Jika kita belum mampu membahagiakan orang lain, baik dengan lisan maupun dengan perilaku kita maka, janganlah menyakiti.  Sekalipun orang tersebut merupakan keluarga, kekasih, sahabat, maupun teman dekat. Sebab, hati yang sudah terluka akan membekas meskipun kamu, mencoba minta maaf atau memperbaikinya di kemudian hari.  Maka dari itu, jagalah silaturahmi itu dengan lidahmu. Kita tak pernah bisa memastikan hati orang lain menerima atau tidak, lagi senang atau lagi sedih, lagi tenang atau lagi kalut. Sesungguhnya, diam memang lebih baik daripada banyak bicara jika diam memang menolong kita dari kata-kata yang menyakiti orang lain.. Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 2988 [3] dari Abu Hurairah ...

Tentang Bayu

"Aku nggak pernah menyangka, mencintai Kamu secepat ini" Jumat, 19 Februari 2016. Kita bersua dan duduk berhadapan untuk pertama kalinya di sebuah toko donat di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan. Aku sengaja membiarkanmu datang lebih dahulu dan menungguku, dengan begitu, Aku memiliki kesempatan untuk memandangi tegapnya badanmu yang kebetulan saat itu duduk memunggungiku. Aku menghampirimu, dan menjulurkan tangan lebih dahulu untuk menjabat hangat tanganmu. "Hai.. Lama nggak nunggunya?" Tanyaku. "Yah, lumayan juga sih." Jawab Kamu sambil menarik bibir hingga melengkung seperti bulan sabit. "Sama kok wajahmu kayak di foto." Ucapmu cepat. "Oh ya, hahaha." Kita mulai memotong donat yang kita beli dengan garpu dan pisau sebagai pengiring pertemuan pertama kita hari itu. Kita mulai membuka perbincangan dengan melempar tanya untuk mengetahui pribadi satu sama lain lebih jauh. Kemudian, kita saling menatap dan menyimak setiap kata, kal...

Hei kamu!

Aku mulai menulis tentangmu.. Duhai lelaki jangkung berkacamata... Yang namanya mulai ku nanti-nantikan muncul dalam layar ponselku meski hanya untuk sekedar menyapa.. Hei! Jangan buat aku gelisah. Aku mulai mencari tahu siapa kamu... Duhai lelaki berparas manis.. Entah mengapa, kamu terlalu menarik untuk aku selidiki.. Untuk aku pahami.. Dan menjadi kebiasaaan yang enggan aku lewati. Aku mulai menduga arti kehadiranmu.. Duhai lelaki berkulit sawo matang.. Sifat terbukamu membuatku nyaman untuk bertukar pikiran, bercerita, mengeluh dan bercanda.. Sementara, Ditengah keterbatasanku dalam merangkai kata, saat ini.. Aku ingin Kamu tahu. Aku senang, Kamu ada :)

tujuanku

aku mulai lagi merangkum masa lalu dan ku coba untuk memperbaiki langkah yang pernah salah ku ambil saat itu... dan ku coba kembali mengurutkan satu persatu tujuan di tahun ini.. segala resolusi hanyalah wacana maka akan ku biarkan semua mengalir begitu saja sesuai takdirNYA.. Allah yang Maha menyetirku untuk sebaik baiknya dunia dan akheratku.. ada beberapa hal yang kini mulai ku mengerti.. menjadi pribadi baik tidaklah sekedar memberi namun juga mengikhlaskan hati.. serta berserah diri..  semoga segala kesemogaan tahun ini tergapai dan kebahagiaan senantiasa hadir disekelilingku di tiap hari-hari keluargaku, sahabat terbaiku dan kamu yang mungkin sebentar lagi menjadi imamku :)

berawal

semoga baitan sajak yang diketik ini tak membuat kata melupakan pena dari secarik kertas kosong.. bukankah semua tulisan berawal dari coretan? ku tulis huruf abjad lalu kurangkainya menjadi sebuah cerita yang kurangkum dan menjadikannya puisi.. kemudian, dahulu aku pun hanya mampu menggambar benang kusut yang semerawut... lalu pelan pelan belajar menggariskan garis lurus membentuk gunung hijau yang menyatu dengan langit biru lengkap dengan matahari berwarna kuning ditengahnya serta sawah..  atau menggambar rumah sederhana lengkap dengan jendela lalu pohon besar dan rumput-rumput halaman... ya begitulah sekarang yang harus kucari dimana aku letakan rasa syukur itu? syukur untuk untaian kata yang mampu ku torehkan setiap waktu syukur untuk gambaran dalam imajinasi yang tak terbatas.. semoga lupa tak menjadikan aku lekas menua..

elegi pelangi

ku titipkan sebait syair pada rinai hujan teruntukmu pelangi..  entah.. mengapa kau enggan untuk menampakan diri lagi.. aku ingin melihat warna warnimu.. di jingga nya langit sore.. ku berlari bertelanjang kaki.. mencari pancaran bayangmu dari sisaan air hujan di kubangan.. kau pun masih tak menampakan diri.. tiada kenangan yang indah saat hujan tiba selain menanti hadirnya pelangi setelah redanya airmata

konsekuensi

ada pilihan ada konsekuensi tidak punya pilihan tetap ada konsekuensi tidak memilih apapun masih ada konsekuensi.. lalu.. sekencang kencangnya kau berlari konsekuensi tetap mengikuti.. kau jatuh kau lelah kau terkejar kau tertangkap atau kau berhasil kabur dan hilang