Langsung ke konten utama

Semua pasti berubah

Semakin dewasa semakin males berpura-pura. Semakin males terbuka dan cenderung membatasi diri dengan siapa saja. Berbicara seperlunya, bercanda ala kadarnya dan memilih untuk bersahabat dengan suami dan anak saja 😁. Beredar banyak postingan yang bilang bahwa apa yang sedang aku rasakan saat ini adalah hal yang wajar. Ada teman dekat yang saat ini nggak ngerti kenapa gak mau diajak ketemuan bahkan nggak bales chat,haha.. Padahal, dulu sempet takjub sama tulisan "Suatu saat ketika lo denger orang nyebut nama gue, lo bakal bilang, ya dia sahabat saya" cailaaah.. ternyata pas di usia segini rasanya udah biasa aja. Gak baper kayak dulu kalau temen tiba-tiba nggak ada kabar atau nggak main lagi sama kita. 


Fenomena ini terjadi karena perubahan rutinitas kita punya teman baru, "sahabat" kita juga begitu. Yes, everything has changes! Nggak ada yang abadi. Meski, nggak semua orang sih ngerasain hal kayak gue, jujur gue juga masih suka iri kalo liat temen-temen pamer kebersamaan sama genknya sampai saat ini. Kali ini, aku setuju dengan ungkapan Joshua Suherman. "Semakin dewasa temanku makin sedikit tapi kenalanku semakin banyak" 😁 karena kenalan mah penting ya sistah buat link atau jaringan kita untuk menyambung kehidupan yakni karir salah satunya.


Selain membatasi diri. Aku juga belakangan ini jadi "bodo amat-an" terhadap beberapa hal yang aku anggap gak penting dan tak berfaedah. Mulai merasa gapapa deh flat. Yang penting nggak berkonflik dengan orang lain. Memilih obrolan yang ada manfaatnya aja. Meski beberapa kali masih demen juga ngeresein/ ngeledekin beberapa orang,haha.. intinya, aku lelah menghadapi beberapa kemunafikan dan dramanisasi yang berada di sekelilingku. Mungkin beberapa saat lagi ku akan mendengar "Sovi sombong ya sekarang" atau "Sovi beda ya sekarang" lalu ku tak akan menjawab karena bodo amatlah 😄

Komentar

Postingan populer dari blog ini

im collector!

Aku pernah bilang bahwa aku adalah seorang lulusan sarjana komunikasi, aku paham sedikit banyak mengenai penyiaran radio dan tv, aku juga memiliki modal pengalaman 7 bulan sebagai jurnalis online sebelum aku lulus kuliah, prestasiku juga banyak dan aku terlalu sombong menongak bahkan menegaskan bahwa aku tidak suka berkerja kantoran, duduk dibelakang meja apalagi di sebuah Bank. Itu bukanlah aku, bukanlah passion ku.. Semua berubah, ketika aku mengundurkan diri menjadi jurnalist infotainment di media online pesatnews.com pada desember 2012 lalu, aku resmi menjadi seorang pengangguran. Beda rasanya, ketika kita baru lulus dan menunggu pekerjaan dengan posisi aku yang saat itu lulus malah berhenti berkerja. Lalu, aku harus rajin mengirimkan email, datang ke job expo agar aku bisa mendapatkan kerja. Beberapa media sudah ku datangi, namun tak satupun meloloskan aku dari nasib ini. Aku mulai luluh, aku mengubah pola pikirku. Aku tak bisa diam dirumah tanpa gaji. Aku coba melamar di bank

LIA PUSPITASARI

sedih banget rasanya gak bisa kasih apa2 buat sahabat gue lia puspitasari  hari ini gue lagi di warnet gue bingung mau kasih kejutan apa! sedangkan setiap tahunnya lia selalu kasih gue kado... gue cuma pengen bikin tulisan buat dia.. ya meskipun ini bukan apa2 tapi gue mau tulis ini... gue tulis blog ini pake warna biru warna kesukaan lia.. SEKILAS TENTANG SAHABATKU LIA sayang.. tahun 2005 lalu itu pertama kali kita kenal di lantai 3 kelas x-1 SMAN 112 Jakarta ya saat itu awal pertama kali perkenalan kita... dulu kita temenan gak cuma berdua bareng2 sama iza, ines, angel dan kita namain sama2 "eng ink eng". masalah demi masalah kita lewati sebenernya sih aku yang bermasalah naik ke kelas xi kita terpisah kamu masuk ipa sedangkan aku ips dan  kita juga jadi ber 4 sama dini dan angel. tetep aja aku bermasalah lagi... dan bubar!! tapi kita tetap gak pernah punya masalah kita nyambung.. ya diantara mereka aku paling nyambung sama kamu.. kita sama2 ikut ekskul jurnalistik sam

partner hidupku

Mungkin ini adalah pengalaman calon ibu. Gak kaya kebanyakan orang kehamilan diisi dengan ngidam pengen makan ini itu. Aku justru gak nafsu makan mulai dari 4 minggu kehamilan hingga kini memasuki 14 minggu berdasarkan hitungan dokter. Beberapa orang yang berpengalaman pasti akan support dan bilang "namanya juga hamil." Setiap kali aku ngeluh enek dan gak nafsu makan. "Paksain makan, biar enek muntah harus paksa aja kasian bayinya." Hampir tiap orang terdekat ngomong seperti ini. Mana mungkin aku gak kasian sama anakku sendiri? Mana mungkin aku gak mau memberikan nutrisi dan gizi buat anakku? Aku mengalami morning sickness sepanjang waktu, selagi bisa makan aku pasti makan, tapi kalo emang beneran nggak bisa, bukannya aku gak mau usaha dan gak mau berjuang. Mual yang parah sampai air putih juga nggak ketelan. Aku akhirnya tumbang dan perlu perawatan agar mual hilang dan bisa makan dan minum lagi. Beruntungnya aku memiliki suami yang tulus, ikhlas dan percaya