Langsung ke konten utama

Aku dan Pandemi Covid 19




Lama nggak nulis. Terlintas, mau jadiin tulisan ini sebagai sejarah. Karena aku saat ini, menjadi salah satu manusia yang ikut merasakan adanya "Pandemi Covid 19". Mungkin, tulisan ini nantinya bisa dibaca sama cucu aku berpuluh tahun kemudian bahwa neneknya bagian dari sejarah Corona, haha..

Aku dan Pandemi Covid 19.
Awalnya, ya menganggap virus ini biasa aja, nggak semengkhawatirkan itu.. Sebagai Jurnalis berita, aku mengikuti perkembangan informasi soal Corona ini.. Bahkan, aku dan beberapa teman2 di redaksi selalu berguyon "corona oh coroni". karena kami menjadi salah satu profesi yang masih tetap bekerja ditengah pandemi.

Bulan Maret 2020 awal aku suami dan anak beserta keluarga suami juga masih sempet jalan-jalan ke taman safari. nginep di puncak, padahal berita soal covid 19 ini udah beredar namun pemerintah saat itu juga masih terkesan "santai". meski, kasus Pasien dalam pengawasan (PDP) pertama yang rumahnya di depok itu sudah di isolasi di RSPI Sulianti Saroso.

Pemerintah dan masyarakat saat itu mulai khawatir tapi masih santai. sampai akhirnya, kasus positif di wilayah lain ditemukan. Beberapa Abk dan WNI dari luar negeri di isolasi dulu di pulau.. sampai pemerintah sibuk bikin Gugus Tugas percepatan penanganan Covid 19 yang masih berlangsung sampai sekarang, juni 2020.

Bukan cuma masyarakat biasa beberapa pejabat juga positif corona, diantaranya menteri perhubungan Budi Karya Sumadi, Walikota Bogor Bima Arya dan masih banyak lagi.

Tapi, yang mau aku ceritain bukan itu. Dampak luar biasa yang terjadi pada masa pandemi ini. Bukan cuma soal kesehatan tapi juga ekonomi. banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan dan di PHK. Alhamdulillah aku ngga mengalami hal ini. tapi aku menjadi salah satu karyawan yang WFH (Work From Home) bekerja dari rumah.


Aku Hamil anak kedua.





Kondisi ini yang membuat aku harus WFH. Saat nulis ini usia kandunganku 6 bulan hehe.. meski kebijakan kantor telat, baru mulai wfh full di bulan Mei. Menyenangkan sih, ternyata bisa juga kerjaan beres meski cuma di rumah, kadang bisa nyambi juga dengan kerjaan rumah dan urus anak pertama.


Jadi bisa masak rendang.



Bermula dari grup keluarga suami. Mama mertua sharing resep2 masakan. Iseng nyoba ternyata berhasil dan enak dan ku jualin sampe ku bikinin nama "Rendang Uni Opi" kalo ada yg mau pesen boleh kontak ya hehe.


Jadi Lebih bersih. Ini nih.. aku jadi rajin mandi haha.. terus rajin cuci tangan pakai sabun, pakai masker kalo keluar rumah. dan paling penting gak sharing apapun kayak makanan atau alat dengan orang lain.


Sering jajan dagangan temen.  karena doyan jajan dan sekaligus promosiin dagangan temen tuh rasanya menyenangkan banget. dan kerennya semua yg dijualin temen2ku tuh enak-enak dan puas deh nggak nyesel belinya.


Nyari Peluang. Rasanya ide terus muncul jadi banyak mau belajar salah satunya ikut webinar. Niat awalnya sih mau ikutan beasiswa tapi webinar ini nambah ilmu juga sih.


Pandemi ini masih belum bisa dipastikan kapan berakhirnya... Maka dari itu, protokol kesehatan masih perlu diterapkan. Physical Distancing dan Social Distancing ini juga membatasi ruang gerak. dan ini gaenak. Yang paling menyedihkan di masa ini adalah lebaran idul fitri tanpa sholat id di masjid seperti tahun2 sebelumnya. Kangen jalan-jalan, ke mall, ke playground, dan makan enak diluar. Semoga selalu ada hikmah dibalik pandemi ini, Aamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

im collector!

Aku pernah bilang bahwa aku adalah seorang lulusan sarjana komunikasi, aku paham sedikit banyak mengenai penyiaran radio dan tv, aku juga memiliki modal pengalaman 7 bulan sebagai jurnalis online sebelum aku lulus kuliah, prestasiku juga banyak dan aku terlalu sombong menongak bahkan menegaskan bahwa aku tidak suka berkerja kantoran, duduk dibelakang meja apalagi di sebuah Bank. Itu bukanlah aku, bukanlah passion ku.. Semua berubah, ketika aku mengundurkan diri menjadi jurnalist infotainment di media online pesatnews.com pada desember 2012 lalu, aku resmi menjadi seorang pengangguran. Beda rasanya, ketika kita baru lulus dan menunggu pekerjaan dengan posisi aku yang saat itu lulus malah berhenti berkerja. Lalu, aku harus rajin mengirimkan email, datang ke job expo agar aku bisa mendapatkan kerja. Beberapa media sudah ku datangi, namun tak satupun meloloskan aku dari nasib ini. Aku mulai luluh, aku mengubah pola pikirku. Aku tak bisa diam dirumah tanpa gaji. Aku coba melamar di bank

LIA PUSPITASARI

sedih banget rasanya gak bisa kasih apa2 buat sahabat gue lia puspitasari  hari ini gue lagi di warnet gue bingung mau kasih kejutan apa! sedangkan setiap tahunnya lia selalu kasih gue kado... gue cuma pengen bikin tulisan buat dia.. ya meskipun ini bukan apa2 tapi gue mau tulis ini... gue tulis blog ini pake warna biru warna kesukaan lia.. SEKILAS TENTANG SAHABATKU LIA sayang.. tahun 2005 lalu itu pertama kali kita kenal di lantai 3 kelas x-1 SMAN 112 Jakarta ya saat itu awal pertama kali perkenalan kita... dulu kita temenan gak cuma berdua bareng2 sama iza, ines, angel dan kita namain sama2 "eng ink eng". masalah demi masalah kita lewati sebenernya sih aku yang bermasalah naik ke kelas xi kita terpisah kamu masuk ipa sedangkan aku ips dan  kita juga jadi ber 4 sama dini dan angel. tetep aja aku bermasalah lagi... dan bubar!! tapi kita tetap gak pernah punya masalah kita nyambung.. ya diantara mereka aku paling nyambung sama kamu.. kita sama2 ikut ekskul jurnalistik sam

partner hidupku

Mungkin ini adalah pengalaman calon ibu. Gak kaya kebanyakan orang kehamilan diisi dengan ngidam pengen makan ini itu. Aku justru gak nafsu makan mulai dari 4 minggu kehamilan hingga kini memasuki 14 minggu berdasarkan hitungan dokter. Beberapa orang yang berpengalaman pasti akan support dan bilang "namanya juga hamil." Setiap kali aku ngeluh enek dan gak nafsu makan. "Paksain makan, biar enek muntah harus paksa aja kasian bayinya." Hampir tiap orang terdekat ngomong seperti ini. Mana mungkin aku gak kasian sama anakku sendiri? Mana mungkin aku gak mau memberikan nutrisi dan gizi buat anakku? Aku mengalami morning sickness sepanjang waktu, selagi bisa makan aku pasti makan, tapi kalo emang beneran nggak bisa, bukannya aku gak mau usaha dan gak mau berjuang. Mual yang parah sampai air putih juga nggak ketelan. Aku akhirnya tumbang dan perlu perawatan agar mual hilang dan bisa makan dan minum lagi. Beruntungnya aku memiliki suami yang tulus, ikhlas dan percaya