Hari ini adalah hari kedua aku bekerja naik bus. Setelah 1 tahun 7 bulan bekerja mengendarai motor. Aku menulis ini di dalam patas 44 jurusan senen- ciledug arah aku pulang.
Entah, aku begitu menikmati perasaan ini, kebiasaan ini, rutinitas ini.. Ditengah kejenuhan, kelelahan hati dalam menerima hidup yang begini-begini aja.
Aku memang sudah berniat lama, berangkat dan pulang kerja naik bus dan baru kemarin aku merealisasikannya. Dari salah satu majalah aku menemukan tulisan "change how you do the routine" dimana kadang kita perlu mengubah rutinitas kita. Aku mulai mencobanya, memulainya dengan memindahkan memakai jam tangan ditangan kanan menjadi memakainya ditangan kiri, meskipun sulit karena merasa aneh tapi sekarang sudah biasa aja.
Aku juga sudah bangun lebih pagi sekarang, aku yang biasanya bangun jam 6 pagi dan itu juga harus dibangunkan mama atau nenek dirumah, kini bisa bangun sendiri jam 3.45 dengan alarm yang biasanya tidak pernah aku pedulikan adanya. Selain itu, aku bisa sholat tahajud, dan sholat shubuh diawal waktu.
Aku juga menunggu bis jam 06.30 dan bisa sampai kantor jam 7 pagi di daerah thamrin sedangkan sebelumnya, saat aku naik motor, aku berangkat dari rumah jam 7 pagi dan selalu sampai dikantor jam 8 pagi dan lebih sering lewat dari jam absen alias telat, hehe..
Tiba dikantor, aku juga bisa sholat dhuha lebih pagi dari biasanya, tanpa memotong jam kerja ku, rasanya jauh lebih sepi jadi lebih khusyuk.
Kemarin, aku pulang dan pergi naik patas ac 44, hari pertamaku, merasa menjadi karyawan yang harus bangun pagi agar tidak telat masuk kantor. Diperjalanan pagi, aku mendapatkan tempat duduk yang nyaman, karena bus itu memang memulai perjalanannya dekat rumah aku. Dan aku tersenyum sendiri sambil begitu menikmati pagi dari jendela bus, dan berkata dalam hati aku pasti bisa, dan mengulang kembali rasanya naik kendaraan umum seperti awal-awal kuliah. Sepulangnya, aku naik patas yang sama dari depan kantorku, kali ini aku, duduk ditengah diantara 3 bangku. Sebelah kananku seorang ibu yang mungkin usianya 40an yang aktif bekerja. Dia berkali2 mengetik dilayar handphone nya dan sering kali menelpon membicarakan email yang sudah dikirim, dan mengabarkan posisi bus yang sedang ia naiki. Disebelah kiri, ada seorang lelaki yang mungkin usianya 35an bertubuh gemuk dan berkepala botak. Ia berulang kali membenarkan posisi duduknya yang mungkin tidak nyaman. Lalu, aku agak sedikit merasa risih tapi memahami bahwa beginilah rasanya naik bus.
Sebulan sudah aku kerja menaiki Bus kota..
Dalam sebulan itu, aku menemukan berbagai hal menarik yang membuatku bersyukur, berbagai pengalaman berbeda setiap harinya dari pengamen jalanan yang setap hari silih berganti menemani perjalanan pulangku kerumah..
Rasa iba jatuh pada seorang bapak yang mengamen hanya lewat shalawat dan berharap banyak agar ada hati yang terketuk untuk memberinya rezeki yang ia khususkan untuk anaknya yang tengah sakit. Aku berkaca diri sejak kecil hingga kuliah, jika aku sakit orangtua ku tidak akan pusing akan biayanya, aku ditanggung jamkes ditempat mama bekerja, begitupun sekarang aku ditanggung oleh perusahaan tempatku bekerja. Sedangkan, bapak itu mungkin 50rb pun masih kurang rasanya untuk membawa anaknya berobat. Satu lagi, kutemui seorang bapak mengamen tembang lawas dibawanya sebuah gitar kecil yang terdengar tak berirama.. Sebelum ia bernyanyi, bapak berusia sekitar 50tahunan itu bilang " maaf sudah menganggu perjalanan anda, karena memang beginilah kerja saya menganggu sudah lebih dari 20 tahun, ya namanya juga seorang bapak harus menafkahi keluarga, mengamen juga berarti bekerja buat saya".
Tidak hanya iba, rasa kecewa juga kudapati dalam metromini 69 jurusan ciledug-blok m saat melihat seorang wanita sekitar 30tahunan mengamen mengenakan baju berlengan buntung dan mengenakan jilbab langsung pakai serta membawa seorang batita. Bermodal suara cempreng dan tepuk tangan ia bernyanyi tanpa nada dan tanpa irama hanya terdengar berteriak-teriak "dara muda daranya para remaja".
Masih dalam metromini 69 kutemukan juga seorang nenek berusia 60 tahunan berbicara yang maksudnya berdoa tanpa henti, ia bilang "neng, saya doain semua yang ada disini ( di bis ini) yang belom dapet jodoh segera ditemukan dengan jodohnya kalo udah ketemu jodohnya cepet nikah cepet punya anak terus anaknya disekolahin ya neng biar pinter kalo udah pinter jadi sarjana cari kerja dikantoran punya gaji nanti kalo punya gaji jangan lupa kasih orangtuanya ya neng biar berkah amien" lucunya nenek itu mengucapkan kata2 yang sama sebelum ia meminta uang kepada penumpang.
Tidak cuma tentang pengamen, aku yang pertama kali mencoba berangkat naik busway dari terminal blok m pernah memiliki pengalaman memalukan. Turun dari metromini 69 aku gak tau harus naik darimana busway nya aku coba naikin tangga dan aku lihat itu sangat sepi aku coba menempelkan kartu flazz ku tapi tetap tidak bisa terbuka pas aku sadari tangga itu adalah tangga untuk menurunkan penumpang hahaha...
Suka duka naik bus memang menjadi cerita tersendiri buat aku, gimana rasanya berdiri dari ciledug sampai senayan saat berada dipatas, mencoba duduk dibangku 2 dibangku 3, berdempitan dibangku belakang sampai duduk disamping pak supir aku juga pernah...
Karena naik bus juga aku pernah bertemu dengan zeni yang duduk disebelahku saat perjalanan pulang. Zeni meminta tolong kepadaku untuk memberitahu dirinya jika audah sampai ratu plaza karena ia ingin lembur di kantornya satu lagi didaerah antasari padahal ia baru pulang bekerja dari kantornya di daerah senen sebagai admin, zeni merantau dari kuningan ke jakarta bukan cuma untuk bekerja tapi juga kuliah di Binus dan sekarang sedang skripsi. Aku tersenyum kagum, melihat kegigihan ia menjalani hidup zeni bilang "lumayan kak kalo lembur gini apalagi udah tanggal tua, namanya hidup ngekost". Tidak cuma zeni, aku mempunyai satu teman baru bernama vista kita berkenalan di halte bank indonesia saat sama sama menunggu patas 44 buat pulang. Kebetulan kantor kita bersebelahan dan rumah kita juga searah, kita pernah pernah memiliki cerita bersama ketika vista duduk disebelah bapak2 yang bau ketek dan kita berdua menghabiskan waktu untuk menghibur seorang bayi 1 tahun yang nangis karena pengapnya patas saat itu, dan itu sangat mengesankan...
Namun, banyak hal yang tidak bisa aku dapatkan ketika aku naik motor dan setiap harinya menjadi pembelajaran buat aku untuk melihat luas sekitar kita :)
Komentar
Posting Komentar